Popularitas teh di Tiongkok terus berkembang pesat dari abad ke-4 sampai ke-8.
Tidak hanya digunakan untuk sebagai obat karena khasiatnya, teh juga menjadi bernilai untuk kesenangan dan penyegaran sehari-hari.
Kekaisaran Tiongkok dengan ketat mengontrol persiapan dan budidaya tanaman. Bahkan ditetapkan hanya wanita muda yang dianggap memiliki kemurnian, yang memegang daun teh.
Para perempuan muda ini tidak boleh makan bawang putih, bawang merah, atau rempah-rempah yang kuat. Jika terdapat aroma di ujung jari mereka dapat mencemari daun teh yang berharga.
Hingga pertengahan abad ke-17, semua teh Tiongkok adalah teh hijau.
Namun, ketika perdagangan luar negeri meningkat, para petani Tiongkok menemukan bahwa mereka dapat mengawetkan daun teh dengan proses fermentasi khusus.
Teh Hitam yang dihasilkan mempertahankan rasa dan aromanya lebih lama daripada teh Hijau yang lebih lembut dan lebih siap untuk perjalanan ekspor ke negara lain.
Saat ini, teh tetap menjadi bagian integral dari budaya Tiongkok selama ribuan tahun, dan telah menjadi simbol sejarah, agama, dan budaya negara itu.
Artikel lain tentang teh tiongkok, dapat dibaca di sini.